Dewi Bulan Chang’e (嫦娥)

Hou Yi (后羿) adalah seorang pemanah ulung. Sementara Chang’e (嫦娥) adalah istrinya.

Alkisah pada jaman dahulu terdapat 10 matahari di langit. Kesepuluh matahari ini membakar hangus seluruh tumbuh-tumbuhan yang ada di bumi. Manusia pun hidup menderita. Hou Yi dengan busur dan anak panahnya berhasil memanah jatuh 9 matahari. Seluruh manusia di bumi pun selamat.

Ibu ratu dari wilayah Barat menghadiahkan Hou Yi sebotol ramuan berisi obat, yang dapat memberikan kehidupan yang abadi. Ramuan ini hanya untuk satu orang saja. Meskipun Hou Yi menginginkan dapat hidup abadi, tetapi ia ingin hidup bersama Chang’e di bumi selamanya.

Oleh karena itu, Hou Yi menolak minum ramuan tersebut dan meminta Chang’e untuk menjagakan dan menyimpannya dengan aman.

Nama Hou Yi pun semakin hari semakin banyak dikenal orang dan memohon kesediaannya untuk menjadi guru. Tidak semua murid Hou Yi memiliki moral yang baik.  Feng Meng (逢蒙) mendatangi rumah Hou Yi dan memaksa Chang’e untuk menyerahkan botol ramuan tersebut.

Chang’e tahu dia tidak dapat mengalahkan Pang Meng. Agar ramuan tersebut tidak jatuh ke tangan Pang Meng, Chang’e pun segera meminumnya. Ramuan itu membuat Chang’e terbang tinggi ke langit dan akhirnya terhenti di bulan. Chang’e pun hidup abadi di sana.

Hou Yi sangat sedih ketika menerima kabar ini. Setibanya di rumah, di bawah cahaya bulan purnama ditempatkannya sebuah meja. Disiapkan beberapa hidangan di atas meja altar tersebut. Hou Yi berharap Chang’e dapat kembali pulang untuk hidup bersama dengannya.

fèng huáng (鳳凰)

Bunga api berterbangan, bulu-bulu mendesing, api meletus. Setelah lima abad, seekor burung purba terbakar oleh apinya sendiri dan luruh menjadi abu. Kemudian, menyembul sebuah paruh kecil dari balik selimut bubuk abu, dan burung phoenix terlahir kembali. Ini adalah fèng huáng (鳳凰) atau Burung phoenix yang dikenal sebagai simbol atas pembaharuan dan kesempatan kedua.

Legenda menggambarkan tubuh fèng huáng dengan simbol benda langit dengan kepalanya seperti langit, matanya seperti matahari, punggungnya seperti bulan, sayapnya seperti angin, kakinya seperti Bumi, dan ekornya seperti planet.

fèng huáng  hanya akan mendarat dimana ditemukan sesuatu yang berharga. Maka dari itu diyakini bahwa burung itu hanya muncul di daerah yang diberkati dengan kedamaian, kemakmuran dan kebahagiaan.

Dalam sejarah, feng huang tidak hanya mengacu pada satu burung saja, tapi dua. Feng adalah burung jantan, sementara huang adalah burung betina. Bersama-sama, mereka merupakan metafora dari simbol yin dan yang. “Nanshang-jing”, mencatat setiap bagian tubuh fenghuang melambangkan sebuah kata. Kepala melambangkan kebajikan (德), sayap melambangkan tugas (義), punggung melambangkan kesopanan (禮), perut melambangkan kredibilitas (信) dan dada melambangkan belas kasihan (仁).

Dewi Welas Asih: Bodhisatva Guan Yin

Xiangshan Baojuan (Gulungan Mustika Gunung Harum) menceritakan Dewi Welas Asih: Bodhisatva Guan Yin yang bermanifestasi menjadi Putri Miao Shan 妙善, putri ke tiga dari Raja Miao Zhuang. Raja ingin menikahkan mereka dengan orang dari keluarga yang layak. Namun putrinya yang paling muda, Miao Shan, mempunyai keinginan yang berbeda. Dia ingin menjadi seorang biksuni Buddhis dan menyempurnakan diri melalui kultivasi spiritual, tidak setuju akan hal itu, raja tidak mengakui putrinya dan mengasingkannya.

Tahun-tahun berlalu, dan raja menjadi sakit parah, dan hanya dapat disembuhkan dengan meminum ramuan obat yang terbuat dari lengan dan mata dari orang yang bersedia untuk memberikannya dengan sukarela. Seorang biksu pun menyarankan Raja untuk mengutus seorang untuk menemui seorang bodhisattva yang penuh belas kasih di atas Gunung Harum. Bodhisattva itu tak lain adalah Putri Miao Shan yang telah menempuh latihan spriritual yang berat selama bertahun-tahun.

Kemudian di kuil, dia menerima utusan ayahnya dan memberitahu sang utusan, “Penyakit ini adalah hukuman atas dosa masa lalu. Namun sebagai putrinya, sudah menjadi kewajiban saya untuk berbakti dan menolongnya.” Kemudian dia mencabut matanya dan memotong lengannya untuk dibawa oleh sang utusan tadi. Sang Raja pun sembuh dan menemui Bodhisattva itu, Ia terkejut melihat putrinya duduk di depan lebih dari seratus orang pengikut, tanpa lengan dan mata lalu menangis. Namun, Miao Shan menerimanya dengan hormat, dan mengatakan kepadanya untuk hidup dengan belas kasih dan untuk berlatih Buddhisme. Kemudian, sebuah cahaya menyelubungi mereka ketika Miao Shan berubah menjadi wujud seorang bodhisatva dengan mata dan lengannya yang muncul kembali.

Legenda Kelinci Giok (玉兔; Yùtù)

Kelinci Giok (玉兔; Yùtù) bukanlah seekor kelinci biasa, ia adalah pembuat ramuan keabadian dan teman dewi cantik Chang’e di Istana Bulan.

Konon di sebuah hutan, tinggallah 4 ekor binatang, yakni kera, berang-berang, anjing hutan, dan kelinci. Kaisar Giok ingin menguji kesetiaan ke-4 hewan tersebut. Kaisar Giok pun turun ke hutan, lalu menjelma menjadi kakek tua yang tersesat di hutan dan kelaparan. Kakek tua itu meminta tolong kepada ke-4 binatang tersebut untuk memberinya makanan.

Kera mengumpulkan buah dari pepohonan, berang-berang mengumpulkan ikan dari sungai, dan anjing hutan mencuri seekor kadal dan sepanci dadih susu. Si kelinci, hanya bisa mengumpulkan rerumputan. Tahu bahwa rerumputan tidak bisa ditawarkan kepada manusia untuk dimakan, kelinci memutuskan untuk menawarkan raganya sendiri, mengorbankan dirinya ke dalam api yang sudah dinyalakan oleh kakek tua tadi. Namun si kelinci tidak terbakar dan kakek tua itu menunjukan wujud aslinya sebagai Kaisar Giok.

Kaisar Giok sangat tersentuh dengan pengorbanan kelinci yang tulus, ia pun mengirim si kelinci ke bulan untuk menjadi Kelinci Giok yang abadi sebagai pembuat ramuan keabadian. Dikatakan bahwa jika Anda melihat ke arah rembulan, Anda bisa melihat sebuah garis bayangan sang Kelinci Giok yang sedang menumbuk memakai alu. Kelinci Giok adalah lambang ketulusan, berbakti, dan rela berkorban. Mungkin itu sebabnya Kelinci Giok berada di bulan – sehingga tidak peduli di bumi ini kita berada dimana, kita selalu bisa melihat etika kelurusan dan pengorbanan ketika memandang ke atas.

Dewi kuno Tiongkok yang paling termashyur dan dihormati –Nü Wa

Nü Wa adalah dewi kuno Tiongkok yang paling dihormati, Ia digambarkan sebagai dewa dengan bagian tubuh bawah berbadan naga dan dikenal sebagai pencipta manusia dan pahlawan wanita yang memperbaiki Pilar Surga.

Ketika Bumi baru diciptakan, dunia terasa sunyi dan belum berpenghuni. Suatu hari, Nü Wa menemukan sebuah sungai yang tenang. Terpikat oleh airnya yang jernih, ia berhenti sejenak, dan termenung menatap bayangannya sendiri. Ia pun menyadari ada yang kurang dari dunia ini dan memutuskan untuk membuat salinan dirinya.

Sambil berlutut, Nü Wa meraup tanah liat dan mulai membentuk sosok mungil yang mirip dengannya. Satu per satu tubuh kecil itu bangkit dan menari. Namun, pekerjaan ini ternyata terlalu lambat dan melelahkan bagi ambisi sang dewi jika Ia membuat satu persatu dengan tangan.

Dia memetik sebuah dahan dari pohon dedalu terdekat, dan dengan mencelup dan mengibaskan, maka keluarlah semburan tanah tak terhitung banyaknya. Saat tetesan itu mendarat, masing-masing dari mereka langsung berubah menjadi sosok manusia yang memiliki denyut kehidupan. Dengan demikian dunia ini berpenghuni dan kesunyian menghilang.

Manusia yang baru tercipta hidup bahagia, namun beberapa waktu kemudian terjadi kebakaran hebat, banjir bandang, dan juga muncul hewan buas mengerikan yang menganggu dunia mereka. Empat pilar surga yang menyanggah langit hancur dan langit pun runtuh dan tanah terbelah.

Nü Wa pun datang menolong, pertama Ia meleburkan paduan batu lima warna: biru, merah, kuning, putih, dan hitam, yang masing-masing mewakili esensi lima elemen dari kayu, api, bumi, tanah, dan air. Nü Wa kemudian mengorbankan kaki kura-kura raksasa sebagai pengganti pilar langit. Dengan kombinasi paduan batu lima warna dan pengorbanan kaki kura-kura raksasa, Sembilan hari kemudian langit pun berhasil ditambal. Nü Wa pun dikenal sebagai dewi pencipta dan pelindung yang mengembalikan keteraturan di dunia.

Petani Surgawi (Shén Nóng 神農)

Shen Nong adalah kaisar yang bijak dan penuh kebajikan. Dia memiliki tubuh manusia dan kepala , sapi serta bagian perut yang transparan. Atas kontribusinya pada bidang pertanian, tumbuh-tumbuhan, dan pengobatan, dia disebut sebagai Shen Nong, yang artinya adalah Petani Surgawi (shén nóng 神農).

Suatu hari seorang menteri datang ke istana Shen Nong dan memohonnya untuk menyembuhkan seorang tua yang sakit parah, namun karena pada masa itu obat-obatan ataupun system perawatan medis belum tersedia, orang tua itu meninggal. Insiden ini memukul hati Shen Nong dengan sangat dalam, ia memantapkan diri untuk melakukan apapun yang dia mampu untuk memperluas pengetahuannya dalam bidang pengobatan.

Setelah itu setiap harinya, Shen Nong pergi ke hutan untuk mengumpulkan tanaman-tanaman liar. Perutnya yang transparan berguna-dan menemukan mana yang beracun dan mana yang mempunyai efek penyembuhan. Totalnya, dia mengidentifikasi 365 tanaman obat, banyak buah-buahan dan sayur-sayuran, juga lima tumbuhan pokok Tiongkok kuno: beras, gandum, sorgum, jewawut, dan kacang-kacangan.

Shen Nong memakan banyak tumbuhan yang tidak dikenal setiap harinya, ia pun pernah keracunan sampai 70 kali dalam sehari. Namun Shen Nong telah menemukan obat yang akan menawarkan segala racun, yang dinamakan chá (茶)—teh.

Bagaimana akhir dari kehidupan Shen Nong? Hidup Shen Nong berakhir ketika dia mencicipi “rumput pemecah organ dalam” (斷腸草 duàn cháng cǎo ), yang ternyata memang menyakitkan seperti namanya. Shen Nong tidak selalu memiliki persediaan teh, Karena tidak bisa meminum penawarnya tepat waktu, Shen Nong kemudian mati. Namun warisannya akan terus hidup sampai sekarang dan pengetahuan luas yang dia tinggalkan-buah dari pengorbanannya- akan terus membawa manfaat bagi umat manusia.

Mitos Sejarah Musik Tradisional Tionghoa – Fuxi or Fu Hsi (伏羲)

Ma-Lin-Fuxi-and-turtle-468x1024
Fuxi or Fu Hsi (伏羲)

Di masa awal adanya manusia, para dewa sering datang ke bumi, seorang wanita muda kebetulan menginjak sebuah jejak raksasa. Wanita ini mendapati dirinya hamil dan melahirkan seorang anak yang muncul dengan memiliki kepala seorang manusia dan tubuh seekor naga. Ia bernama Fuxi. Dia tumbuh dan tumbuh, dan sebelum ibunya sadar, dia sudah setinggi raksasa.

Fuxi tinggal di surga dan menjadi Penguasa Langit Timur dengan tugas mengawasi peristiwa yang terjadi di dunia manusia. Fuxi adalah pelindung yang patuh dan penuh kasih, ia selalu membantu manusia di segala kesusahan. Fuxi ingin memberi orang-orang kebahagiaan lebih besar lagi, dia ingin memberi mereka musik.

Suatu malam ketika Fuxi sedang berjalan, ia menemukan pohon parasol. Pohon itu sangat istimewa, saat Fuxi mendekat, matahari memancarkan sinar senja dan mewarnai langit, angin harum tercium turun dari langit, planet-planet di atasnya memandikan cabang-cabang pohon tersebut dengan ramuan obat mujarab kosmik, dan awan membawa sepasang burung phoenix ke atas pohon. Saat melihat itu, Fuxi berpikir: “alat music yang dibuat dari kayu pohon ini pasti akan menghasilkan musik yang menakjubkan”.

Fuxi menciptakan instrumen seperti kecapi yang kaya akan simbolisme. Pada salah satu ujungnya, meruncing sepanjang empat inci, yang mewakili empat musim. Ketebalannya dua inci berhubungan dengan kekuatan duo yin dan yang. Di atasnya, Fuxi membuat 12 ukiran untuk setiap bulan dalam setahun dan ditambah dengan lima senar sebagai simbol Lima Elemen. Setiap perayaan manusia pasti dihiasi dengan musik dari iringan instrument milik Fuxi ini. Para dewa memutuskan untuk menyebut instrumen tersebut qin, yang mereka awali dengan yao (yang berarti ‘yasper’ atau ‘batu giok yang berharga’)

a
Guqin

DELAPAN TRADISI MASAKAN

By: Robby Lysander A

            Makanan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Oleh karena itu kuliner sendiri merupakan salah satu aspek kebudayaan yang penting dari dari suatu bangsa.  Setiap bangsa pasti memiliki tipe kuliner yang khas, salah satunya adalah Cina. Masyarakat Cina memiliki pertumbuhan dan tingkat migrasi penduduk yang sangat tinggi. Selain itu, masyarakat Cina juga memiliki pengaruh historis yang kuat. Dikarenakan kedua faktor tersebut kuliner Cina mampu memberi pengaruh terhadap kebudayaan kuliner negara-negara lain, terutama di Asia.

Continue reading DELAPAN TRADISI MASAKAN

CAP GO MEH

asd
ilustrasi : https://borneochannel.com/festival-cap-go-meh/

Cap go meh adalah festival Tionghoa yang jatuh pada hari kelimabelas pada bulan pertama dalam penanggalan Tionghoa. Kata ‘cap go meh’ sendiri berasal dari Bahasa Hokien yang berarti hari ke-limabelas. Festival ini merupakan festival penutup dalam rangkaian perayaan Imlek yang ditandai dengan banyaknya acara dan hiburan.

Festival ini sudah dimulai sejak Dinasti Han dengan nama original yuánxiāo jié (元宵节). Pada perayaan ini, anak-anak akan pergi ke kuil dengan membawa lampion. Lampion tersebut menjadi symbol bagi orang-orang Tionghoa untuk melepaskan masa lalu dan menyatakan kesiapan menyambut tahun yang baru. Lampion umumnya berwarna merah untuk melambangkan keberuntungan.

Continue reading CAP GO MEH